Selasa, 28 Juni 2011

Limbah PKS Pemicu Kelaparan


Pasbar -  IMAPASBAR
Kebanyakan investor masih mengolah limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) secara konvensional. Padahal sistem dengan bak terbuka tersebut memperburuk emisi gas rumah kaca alias pemanasan global. Bahkan, dampaknya terhadap pemanasan global 21 kali lebih besar ketimbang jenis polusi lainnya. Tak heran jika limbah PKS, diduga jadi pemicu terbesar terhadap kelaparan.
Karena pemanasan global dan perubahan iklim mengakibatkan ketahanan pangan rapuh. Bila ketahanan pangan terus anjlok akan bermuara pada kelaparan hebat di kalangan generasi mendatang.
“Kalau pun uang melimpah, kita tetap mati kelaparan karena barang atau pangan tak ada. Apa uang bisa mengenyangkan perut?”
Demikian benang merah yang dapat ditarik dari stakeholders Consultation Meeting beserta Singgalang di PT. Agrowiratama, Sungai Aur, Pasaman Barat (Pasbar), Kamis (16/6).
Pada kesempatan itu hadir Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Komnas MPB), Debi Nathalia, Konsultan PKS, Rusman Sudaya, SKPD terkait Pasbar maupun Sumbar, manajemen PKS, unsur nagari dan para pengurus koperasi kebun plasma.
Menyikapi limbah PKS sebagai penyumbang kelas wahid di pemanasan global, para stakeholder mengimbau investor PKS dengan mekanisme pembangunan bersih.
“Sayangilah kelangsungan hidup anak cucu kita ke depan,” harap Nasran Manggarik Bilang, Bosa Adat setempat.
Stakeholder yang lain juga menyarankan transparansi dan akuntabelisasi CSR perusahaan. “Selain itu, sudah saatnya tiap investor di kawasan pantai membangun shelter-shelter mini, guna menyelamatkan warga dari ancaman tsunami di daerah rawan gempa ini,” timpal H. Abdul Hadi.

Pembangkit listrik
Lain halnya dengan PT. Agrowiratama. Mereka sedang mengembangkan sistem pemanfaatan gas metana sebagai sumber pembangkit tenaga listrik di PKS-nya. Aksi ramah lingkungan itu sangat signifikan terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.
Malah diharapkan, hasil karya mereka terdaftar di UNFCCC Clean Development Mechanism (mekanisme pem bangunan bersih) dan memenuhi kriteria kerja gold standard.
Belakangan, limbah cair PKS di perusahaan perkebunan itu diolah melalui sistem konvensional kolam terbuka. Serangkaian kolam anaerobik dan aerobik yang kemudian diteruskan ke sistem aeroflow. Biogas yang dihasilkan kolam anaerobik terbuka mengandung gas metana, karbondioksida, dan sisa-sisa hidrogen sulfida akan terlepas ke atmosfer.
Maka dibangun sistem digester anaerobik di dalam tanah untuk pengolahan semua limbah cair yang dihasilkan pabrik. Gas metana dihimpun, menghasilkan energi listrik bagi PKS, perumahan karyawan, dan sekolah. Sisa gas metana dibakar. Penghancuranya berkontribusi sangat besar terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.
“Limbah cair dari sistem digester anaerobik dalam tanah akan diteruskan ke kolam limbah yang ada saat ini untuk diproses lebih lanjut, kemudian dipompa ke perkebunan sebagai aplikasi lahan,” terang Ibrahim, Manager Humas PT. Agrowiratama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar