Minggu, 29 Mei 2011

Pengembangan Komoditi Kakao Pasaman Barat

Pengembangan Komoditi Kakao Pasaman Barat
Kakao Pasaman Barat
Lokasi Kebun  : Tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat
Lokasi PKS     : Tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat
Luas Areal       : 11.094 Hektar
Status Lahan    : Kebun Rakyat
Ketersediaan Bahan Baku                                                 : Tersedia
Jarak lokasi Kecamatan Pasaman –Padang            : 175 km
            Kakao merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja petani, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah.
            Pengembangan kakao di Indonesia terus diikuti dengan berkembangnya Industri pengolahan kakao dimana sampai dengan tahun 2005 sebanyak 16 perusahaan dengan kapasitas 325.000 ton / tahun.  Pengembangan pasar baru seperti di Asia terutama China, India dan Timur Tengah serta mengintensifkan pasar tradisional seperti Eropa dan Amerika melalui promosi yang efektif, serta kerjasama bilateral / multilateral. 
             Pengembangan produk sesuai dengan perkembangan iptek seperti produk farmasi/obat-obatan, serta pengembangan pasar dalam negeri dan peningkatan mutu produk kakao antara lain melalui penyempurnaan / revisi SNI kakao.
             Pembangunan perkebunan di Kabupaten Pasaman Barat diprioritaskan kepada komoditi unggulan Dinas Perkebunan yaitu Komoditi Kakao. Pada tahun 2007 Sumatera Barat dicanangkan sebagai sentra produksi kakao untuk Wilayah Indonesia bagian barat, dengan target pengembangan seluas 100.000 Hektar tanaman Kakao. Tahun 2010 tanaman Kakao di Kabupaten Pasaman Barat seluas 11.094 Hektar dengan produksi 7.296,82 Kg.
             Sedangkan tantangan dalam pengembangan kakao antara lain belum berkembangnya Industri hilir kakao di dalam negeri, kakao diekspor dalam bentuk primer sehingga proses nilai tambah tidak terjadi di dalam negeri. Berbagai kelembagaan petani yang ada belum mandiri dan berfungsi secara optimal, sehingga belum mampu memanfaatkan peluang usaha yang ada. Belum diterapkannya SNI dan sistem jaminan mutu secara optimal. Peluang pengembangan kakao antara lain peningkatan pasar dalam negeri, peningkatan produksi dan pasar kakao.
              Pasca panen dan pengolahan kakao masih bersifat tradisional yaitu dengan pengeringan biasa (dryer), sedangkan pengolahan terpadu (industri hilir) mengolah biji kakao menjadi bubuk / pasta belum ada dan sangat terbuka adanya peluang investasi industri hilirnya.
            Pengembangan kakao melalui perluasan areal di Kabupaten Pasaman Barat belum mendapat dukungan dari sub sistem pengadaan sarana produksi dan pengembangan industri hilirnya, akibatnya kebun yang berhasil dibangun produksinya relatif masih rendah dan produksinya dipasarkan dalam bentuk produk primer berupa biji kakao kering atau basah.  Kondisi ini membuka peluang bagi investor untuk berperan dalam upaya peningkatan potensi kebun dan pengembangan industri hilir kakao

1 komentar: