Minggu, 03 April 2011

Perempuan dan Anak Banyak Jadi Korban


pasbar - Imapasbar.
Banyak kasus yang terjadi pada perempuan dan anak, terutama bagi daerah bencana dan rawan konflik. Perempuan dan anak sering menjadi korban terbanyak. Untuk itu dibutuhkan penanganan yang responsif serta sumber daya manusia (SDM) yang handal untuk menangani persoalan itu.
Banyaknya permasalahan yang timbul akibat konflik dan bencana yang spesifik terhadap perempuan dan anak, khususnya di daerah rawan konflik dan bencana, maka diperlukan upaya mengembalikan fungsi sosial. Sehingga perlindungan perempuan dan anak yang responsif gender tercipta.
Hal itu ditegaskan Asisten Deputi Penanganan Masalah Sosial Perempuan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Jonhar Johan mewakili Deputi Perlindungan Perempuan pada pembukaan pelatihan Penanganan Perempuan dan Anak di daerah bencana dan rawan konflik bagi pengelola P2TP2A di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat, Senin (28/3) lalu.
Atas dasar itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melaksanakan pelatihan bagi pengelola P2TP2A. Khusus tahun 2011 dilaksanakan pada enam daerah yang dianggap rawan bencana dan konflik se-Indonesia. Keenam nya adalah Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Kepahiangan, Kebupaten Sleman, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan itu bertujuan meningkatkan kapasitas SDM dari P2TP2A dan lembaga-lembaga peduli perempuan lainnya di daerah rawan bencana dan konflik dalam menangani perempuan dan korban bencana alam atau konflik serta korban sosial lainnya.
Bupati Pasbar diwakili Asisten Bidang Pemerintahan, Muhayatsyah dalam sambutannya sekaligus mem buka pelatihan tersebut mengatakan, pelaksanaan kegiatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk memberikan perhatian terhadap perempuan di daerah Pasbar sehingga diperlukan adanya peningkatan kapasitas SDM di bidang pemberdayaan perempuan.
Target yang harus dicapai adalah meningkatkan kapasitas sumber daya perempuan agar bisa berperan aktif terhadap terwujudnya keadilan dan kesejahteraan gender di tengah-tengah masyarakat banyak, terlebih masyarakat Pasbar.
Ia mengharapkan agar momen itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh seluruh peserta pelatihan, sehingga semua permasalahan yang menjadi kendala dalam penanganan masalah perempuan dan anak dapat dikomunikasikan secara bijak karena kepentingan perempuan dan anak merupakan salahsatu skala prioritas.
Peserta pelatiahan tersebut berjumlah 35 orang. Terdiri dari pegawai P2TP2A dari tuan rumah ditambah 5 kabupaten/kota lain dari Sumbar yakni, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Agam, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang. Pelatihan berlangsung selama tiga hari sejak 28 Maret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar